GUNADARMA

GUNADARMA
situs kampus gunadarma

Sabtu, 02 April 2011

Etika Profesi Tukang Cukur Rambut Barbershop



Nama   : Ardiles Renato
Kelas   : 4 KA 22
NPM   : 17110207


Profesi Tukang Cukur Rambut Barbershop

Mencukur rambut merupakan salah satu kebutuhan bagi kehidupan manusia untuk memiliki penampilan yang rapi dan menawan, dengan memangkas sebagian rambut, maka seseorang bisa terlihat lebih percaya diri dalam beraktivitas dan berinteraksi dengan banyak orang. Salah satu profesi yang terkait dengan kebutuhan ini adalah pemangkas rambut atau yang lebih popular di masyarakat kita dengan panggilan tukang cukur rambut.

Profesi tukang cukur rambut yang menjadi objek penelitian penulis adalah tukang cukur rambut langganan penulis yang sejak kecil telah mencukur rambut di tempat kerjanya, bahkan sejak ayahanda penulis masih hidup dan masih bujangan pun telah mencukur rambutnya di tempat tesebut. Metode penelitian penulis akan tugas ini melalui wawancara dengan sang pencukur rambut. Penulis tidak hanya bertanya seputar etika pada profesi tukang cukur tersebut, tapi juga menanyakan banyak hal seputar pengalaman kerja dari profesinya sebagai tukang cukur yang telah beliau geluti selama hampir 30 tahun, yaitu sejak tahun 1982 beliau telah bekerja di tempat cukur rambut berkah jaya jalan pahlawan revolusi pondok bambu Jakarta Timur.

Profesi sebagai tukang cukur rambut merupakan salah satu bidang pekerjaan yang memiliki ciri khas unik sebagai usaha dibidang jasa. Cirri khas unik ini penulis terjemahkan sebagai profesi yang sangat sensitif karena tukang cukur bekerja di seputar kepala konsumennya dimana kepala merupakan salah satu bagian tubuh yang paling penting dalam mempengaruhi kewibawaan seseorang, maka dari itu dari hasil wawancara penulis dengan sang tukang cukur, penulis jadi banyak mengetahui rahasia dari si tukang cukur rambut yang telah lama berkiprah di bidang ini dan memiliki cukup banyak pelanggan yang loyal meskipun tarif harga jasanya tidak murah untuk ukuran tempat cukur rambut sekelas barbershop, yaitu sebesar 15 ribu rupiah untuk tarif orang dewasa, harga ini cukup besar dan hampir menyamai harga standar cukur rambut di sebuah salon.

Selama hampir 30 tahun bekerja di bidang ini, ada banyak suka duka yang dialami oleh beliau yang biasa disapa dengan panggilan bang husin. Beliau menuturkan bahwa sesama rekan seprofesi dibidang pangkas rambut, mereka juga memiliki beberapa etika yang pada umumnya tidak terlalu bersinggungan, mengapa ? karena sebagai tukang cukur, masing – masing pekerja memiliki citra tersendiri dimata para langganannya. Artinya, walaupun ada beberapa tempat cukur rambut yang jaraknya mungkin cukup berdekatan, tapi setiap pemangkas rambut memiliki hasil kerja yang bervariasi sehingga pelanggan dapat menilai kira – kira tukang cukur mana yang lebih cocok untuk kebutuhan mereka dalam memangkas rambut.

Bahkan sesama tukang cukur yang bekerja pada satu tempat cukur rambut atau yang biasa disebut barbershop, juga tidak memiliki aturan baku dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman dari bang husin, setiap pencukur rambut, mereka bekerja dengan karakter dan jiwa mereka masing – masing tanpa memiliki prosedur kerja yang baku untuk satu tempat kerja. Inilah yang menjadi salah satu perbedaan antara pencukur rambut di barbershop dengan yang di salon, karena pekerja di salon mereka bekerja berdasarkan standar operasi prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen salon, sedangkan di barbershop, mereka bekerja dengan karakter dan cara mereka masing – masing, sehingga pencukur rambut bekerja berdasarkan setoran sedangkan pekerja salon berdasarkan gaji. Masing – masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun pekerja di barbershop memiki kecemburuan social yang tinggi, khususnya apabila salah seorang pekerja memiliki pelanggan yang banyak sedangkan pencukur rambut yang lain memiliki pelanggan sedikit, maka bisa menimbulkan kesenjangan dari segi pendapatan kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar